FUNGSI DAN PERAN EKONOMI KREATIF TERHADAP PENGEMBANGAN UMKM

Oleh : Azfa Mutiara Ahmad Pabulo
Ketua ABDSI Korda Bantul, DIY

Di negara-negara maju, pembentukan ruang-ruang kreatif tersebut telah mengarah pada kota kreatif (creative city) yang berbasis pada penciptaan suasana yang kondusif bagi pelaku bisnis dan komunitas sehingga dapat mengakomodasi kreativitas. Bekraf adalah Badan Ekonomi Kreatif yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan 16 (enam belas) subsektor. Terbentuknya Bekraf merupakan optimisme pemerintah bahwa ekonomi kreatif pasti akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.16 sub sektor tersebut meliputi 1); Aplikasi & Game, 2); Arsitektur, 3): Design Komunikasi Visual, 4): Design Produk, 5); Design interior, 6); Fashion,   7); Kriya, 8); Film, Animasi, Video, 9); Fotografi, 10); Kuliner, 11); Penerbitan, 12); Periklanan, 13); Seni Pertunjukan,14); Televisi dan Radio, 15); Seni Rupa, dan 16); Musik.

Sinerji antara ekonomi kreatif dengan UMKM merupakan sebuah model pengembangan peningkatan penjualan produk dan jasa yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan melakukan tambahan kegiatan kreatif untuk mengembangkan UMKM di Indonesia. Untuk mengembangkan UMKM melalui ekonomi kreatif dibutuhkan konektivitas, yaitu dengan menciptakan outlet produk-prouk kreatif UMKM di lokasi yang strategis. Secara umum terdapat 4 bauran pemasaran untuk meningkatkan penjualan yaitu Product, Price, Place, Promotion. Di DIY terdapat berbagai lokasi wisata  strategis untuk pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif. Outlet tersebut dapat berupa counter atau sentra kerajinan dan komunitas yang ada di DIY seperti ABDSI,  Creative Economy Network, Asosiasi KKMB, Kejar UMKM, dan beberapa tempat berkumpulnya komunitas seperti PLUT, RKB, Kampoeng Mataraman, Kampung Dolanan,   Ruang Tengah Syncore, dan beberapa working space yang telah dikemas dalam bentuk paket wisata.

Faktor regulasi dan kebijakan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mem branding pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarat dengan salah satu strategi daerah utama dengan Tugu, Malioboro, Pasar Beringharjo, Keraton, Masjid Agung Kauman dan Taman Pintar sebagai daerah tujuan utama. Sementara Pasar Ngasem, Taman Sari, Taman Pelangi, sebagai daerah penyangga dan Kotagede, DAGADU, House of Raminten, Kampoeng Mataraman, UGM,Masjid Jogokaryan, adalah destinasi wisata dengan tujuan khusus, dengan beberapa simpul kreatif dan saling sinergi antar aktor (ABCGFM : Akademisi, Pelaku Bisnis, Komunitas, Pemerintah, Lembaga Keuangan, dan  Media).

Pembangunan simpul kreatif lainnya adalah menghubungkan 4 (empat) penjuru kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Kabupaten Sleman disebelah Utara, Kabupaten Bantul di sebelah selatan, Kabupaten Gunung Kidul di sebelah Timur, dan Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat dengan memadukan unsur wisata alam, wisata religi, wisata budaya, dan wisata edukasi dengan saling berkesinambungan.

Berbagai plattform dan program pengembangan UMKM juga telah dilakukan di DIY ; LUNAS (Layanan UMKM naik kelas) dengan 3 (Tiga) Go (UMKM Go Modern, UMKM Go Digital, dan UMKM Go Global), KEJAR UMKM (Kelompok Belajar UMKM) dan CKU (Cek Kesehatan Usaha), Sekolah Ekonomi Desa, Sekolah Manajemen BUMDES, Pelatihan SiApik dan Pencatatan Transaksi Keuangan ber basis android, serta beberapa program kegiatan lainnya telah mewarnai kegiatan pendampingan dan pengembangan UMKM di DIY dengan tujuan pengembangan kapasitas UMKM (UMKM naik kelas).

Rencana keberadaan New Yogyakarta International Airport juga perlu mendapatkan perhatian kusus dari seluruh pihak. Bagaimana pelaku UMKM dapat menangkap peluang dengan hadirnya NYIA di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019. Spirit bela beli UMKM, gerakan bela dan beli produk UMKM serta sinergi ABCGFM, dan kreativitas adalah salah satu kunci utama menangkap peluang tersebut, Bagaimana fungsi dan peran ekonomi kreatif terhadap pengembangan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta.