KREATIVITAS DAN INOVASI PERTARUHAN PERGURUAN TINGGI MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRY 4.0

Oleh : Muhammad Nur (Dewan Penasehat ABDSI)

Judul tulisan ini sedikit provokatif. Itulah judul orasi ilmiah yang saya sampaikan pada upacara puncak Dies Natalis Universitas Diponegoro ke-61, pada hari Senin, 15 Oktober 2018. Sebagai orator pengganti seorang menteri yang tak bisa hadir pada acara tersebut. Untuk kedua kalinya saya mendapat kesempatan menyampaikan orasi Ilmiah tersebut. Pada tahun 1998 untuk pertama kali dan ketika itu Indonesia baru dilanda krisis ekonomi dan pergantian pemerintahan. Judulnya ketika itu adalah Beberapa Gagasan untuk Menuju pada Kemandirian Sains dan Teknologi. Banyak usulan dan langkah konkrit, salah satunya gabungkan pendidikan tinggi dengan riset dan teknologi. Rupanya gagasan tersebut terwujud pada tahun 2014. Sejawat di Kampus, Mohamad Nasir, menjadi menteri pertama untuk Kemenristekdikti.

Untuk tahun 2018 ini, persiapan naskah hanya di akhir pekan(H-2). Alhamdulillah judul tersebut bisa dikaitkan dengan perjalanan Riset Plasma selama dua puluh tahun di Indonesia. Oh apa kaitan perjalanan Riset dengan Revolusi Industri 4.0 ? Kaitannya ada pada Kreativitas dan Inovasi. Sebuah produk berbasis riset pastilah berawal dengan dua kata penting itu. Perguruan tinggi dalam era Revolusi Industri 4.0 tak bisa terlepas dari dua kata tersebut. Lakukan dengan sungguh-sungguh atau kita tertinggal cepat dibelakang.
Revolusi Industri 4.0 dikemukan pertama kali oleh Ekonom Jerman, Klaus Schwab pada tahun 2015. Setelah itu bergaung cepat terutama diseponsori oleh MIT dan kelompok-kelompok Boston (Robmann, 2015). Perjalanan Revolusi Industri dapat dikaitkan dengan lompatan-lompatan teknologi
1. Revolusi Industri 1.0 dimulai pada tahun 1784 dimana produksi dipercepat dengan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga air dan uap air (mesin uap)
2. Revolusi Industri 2.0 dimulai pada tahun 1870 dimana mesin-mesin produksi sudah menggunakan tenaga listrik dan produksi diawasi oleh pekerja.
3. Revolusi Industri 3.0 dimulai pada tahun 1969 dimana mesin-mesin produksi sudah menggunakan kontrol elektronik dan Teknologi Informasi dan mesin-mesin produksi bekerja secara otomatis melalui settingan sistem kontrol
4. Revolusi Industri 4.0 (awal mula belum ada kesepakatan), revolusi industri ini dicirikan dengan terintegrasinya berbagai konsep dan teknologi terkait dengan pengorganisasian rantai nilai industri. Konsep inti dari industri 4.0 adalah Cyber Physical Systems (CPS), yang memungkinkan pemantauan proses fisik di pabrik/industri dalam lingkungan virtual, melalui digitalisasi dan penciptaan klon digital dari pabrik/industri pada proses komputasi, komunikasi, kontrol dan koordinasi.

Apa massalahnya dengan Perguruan Tinggi? Kenapa kita harus berpikir begitu cepat untuk merespon Revolusi Industri 4.0 itu. Jawabannya adalah perguruan tinggi menghasilkan sumber daya manusia terdidik, yang siap beradaptasi dalam segala perubahan dan secepat apapun perubahan itu. Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, PT akan bertahan di era revolusi industri ini bila melaksanakan C4, Critical thingking, Creativifity, Communication, Collaboration. Saya sangat sepakat dengan ini, namun ada yang harus ditambahkan. Tambahan ini berdasarkan pengalaman panjang Center for Plasma Research melakukan penelitian berkelanjutan sehingga menghasilkan produk inovasi yang dibutuhkan. Konsep C4 kami modefikasi menjadi C4IVE: Critical thingking, Creativifity, Communication, Collaboration, Innovation Visioner, Enterpreuneur.

Konsep C4IVE inilah yang dicoba untuk diimplementasikan dalam TRI DHARMA yang juga disebut menjadi TRI DHARMA ++ (karena implemantasi hasil riset di industri dengan transaksi teknologi diusulkan dapat menjadi unsur pengabdian).

Implementasi C4IVE dalam Tri Dharma PT ++

Pembelajaran 4.0: Individualisasi Pembelajaran, Dosen sebagai Fasilitator, Pembelajaran Berbasis Proyek, Pengalaman lapangan, Interpretasi data, Ujian berubah berbasis proyek, Mhs belajar dengan perangkat yang bebeda (Bring You Own Device), Waktu dan tempat belajar mhs sesuai dapat disesuaikan kebutuhan, Pembelajaran milik mhs, Mhs dibekali kemampuan Belajar sepanjang hayat, Dapat memberikan pengakuan sesuai standart KKNI, Keberhasilan ditentukan Monev

Penelitian 4.0: Mengutamakan Riset Group (RG)/Pusat Riset, Mengutamakan Riset Multi Disiplin, Memiliki Pemimpin Akademik (Academic Leader) dalam RG, Big Data dan Komprehensip, Manajemen Profesional, Keterlibatan mhs semua tingkat, dosen dan mitra Industri/start up/ spin off, Hak Kekayaan Intelektual berbasis (Novelty, Invention, Commercialization/NIC), Memanfaatkan IT secara Optimum.

Pengabdian 4.0: Memperluas arti Pengabdian menjadi Implementasi Hasil Riset, Pendekatan Multi Disiplin, Prinsip Trasfer Teknologi dan Implementasi, Berkelanjutan dan bagi hasil dengan pengguna teknologi (teknologi transaksi), Membangun Industri Baru /start up/ spin off (PPBT, CPPBT), Keterlibatan mhs semua tingkat, dosen dan mitra Industri, Hak Kekayaan Intelektual berbasis (Novelty, Invention, Commercialization/NIC), Memanfaatkan IT secara Optimum.

Tak ada perubahan kecuali dimulai dari langkah kecil yang berkelanjutan…semoga.

Materi Presentasi dapat diunduh di sini